Bandar Lampung -- publiklampung.com -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti kurangnya jumlah dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular di Indonesia. Spesialis ini berperan penting dalam menangani penyakit jantung dan paru-paru.
Menurut Menkes Budi, Indonesia membutuhkan setidaknya 1.300 dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular dalam 10 tahun ke depan. Namun, saat ini jumlah yang tersedia hanya sekitar 270 dokter. Hal ini menjadi perhatian karena penyakit jantung dan paru merupakan kasus kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia.
Budi mengungkapkan bahwa hingga kini hanya enam perguruan tinggi yang mencetak dokter spesialis di bidang ini, dengan sekitar 50 lulusan per tahun. Saat awal ia menjabat, jumlah perguruan tinggi yang memiliki program tersebut bahkan hanya dua. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mempercepat peningkatan jumlah spesialis melalui program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berbasis rumah sakit atau hospital based.
Saat ini, 24 provinsi memiliki dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular, tetapi jumlah tersebut masih jauh dari ideal. Menkes Budi menyatakan bahwa idealnya, setiap kabupaten atau kota memiliki 3-5 dokter spesialis di bidang ini.
Ketua Himpunan Bedah Toraks dan Kardiovaskular Indonesia (HBTKVI), Dr. Prasetyo Edi, SpBTKV, menambahkan bahwa selain jumlah yang masih kurang, distribusi dokter spesialis juga menjadi tantangan besar. Oleh karena itu, selain meningkatkan jumlah tenaga medis, penempatan mereka juga harus dioptimalkan.
Editor : Anisa Bela
Reporter : Helmi Ragil
Released © publiklampung.com
0 comments:
Post a Comment