Bandar Lampung - publiklampung.com -- Lampung memiliki tradisi banyak tradisi untuk menyambut kelahiran bayi. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh masyarakat Lampung Pesisir Kalianda Kabupaten Lampung Selatan adalah tradisi ngebuyu.
Dikutip dari Jurnal Sosiologi FISIP Universitas Lampung, Ngebuyu dilakukan oleh masyarakat Marga Legun Way yang berada di Lampung Selatan. Tradisi ini biasanya dilakukan secara sederhana dan berlangsung singkat.
Tradisi negbuyu dilaksanakan untuk menyambut bayi yang baru lahir dengan menaburkan beras kuning, kemiri, uang, dan permen yang dilakukan pada pagi hari. Tradisi Ngebuyu dilaksanakan paling lama dalam waktu 9 sampai 10 hari setelah bayi lahir.
Selama waktu tersebut, bayi tersebut tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar rumah sebelum berumur 9 hari. Setelah 9 hari, bayi tersebut baru boleh dibawa keluar dan dibawa mandi ke sungai yang disebut kabuyon atau diduayon.
Untuk waktu pelaksanaan ngebuyu sendiri, sebagian besar masyarakat Kalianda di Desa Pematang dan Canggu sepakat melaksanakan tradisi ngebuyu untuk anak pertama yaitu pada hari kesembilan setelah kelahirannya. Sementara untuk anak kedua dilaksanakan pada hari ketujuh.
Sementara itu, mengutip situs Kebudayaan Kemdikbud, ngebuyu bermakna sebagai proses membumikan atau memperkenalkan seorang anak agar mengenal lingkungan tempat tinggalnya agar anak tersebut dapat beradaptasi dengan baik. Tradisi Ngebuyu ini bertujuan untuk dapat mengenal dan mencintai tanah tempat kelahirannya.
Proses pelaksanaan tradisi ini dimulai dengan menyiapkan alat alat sehari sebelumnya. Perlengkapan upacara ngebuyu terdiri dari beras kuning, kemiri, uang (logam dan kertas), dan permen.
Untuk membuat kumbang telur atau dalam bahasa Lampung disebut teluy, biasanya tuan rumah mempersiapkan kertas hias warna berwarna merah atau putih, hawi atau bambu, dan lem. Di bagian ujung dari kumbang teluy, diletakkan foto dan nama anak yang akan melakukan ngebuyu.
Peralatan tersebut memiliki makna tersendiri. Beras kuning memiliki makna adanya rasa saling tolong menolong dan menghargai sesama makhluk Tuhan. Kemiri memiliki makna untuk menjauhkan bayi yang baru dilahirkan dari pengaruh buruk yang datang dari makhluk halus.
Uang bermakna sebagai media dalam mempertemukan keluarga dan kerabat. Permen memiliki makna adanya rasa saling menyayangi agar bayi yang baru dilahirkan dapat diterima baik di tengah keluarga maupun masyarakat
Beras kuning, kemiri, dan uang logam diletakkan dalam sebuah pasu atau baskom yang sudah diberi alas dengan sehelai kain. Sebelum pelaksanaan para keluarga, kerabat, dan tetangga terlebih dahulu diberitahu bahwa akan dilaksanakan tradisi ngebuyu.
Tradisi Ngebuyu biasanya dilaksanakan pada pagi hari di halaman atau pekarangan rumah orang yang akan melakukan ritual tersebut. Tradisi Ngebuyu diawali dengan keluarnya tuan rumah beserta dengan bayinya dari pintu depan rumahnya, dilanjut dengan kata sambutan secara singkat yang disampaikan oleh tuan rumah sekaligus mengumumkan nama anak tersebut.
Setelah sambutan singkat maka acara berikutnya adalah ngegabokh atau proses melemparkan permen dan uang yang dipandu oleh saudara tertua keluarga ayah bayi. Kerabat tersebut membawa pasu atau baskom yang telah berisi alat-alat yang telah disiapkan sehari sebelumnya tersebut, lalu ditaburkan sedikit demi sedikit
Acara Ngegabokh ini biasanya disambut dengan gembira oleh para tetangga dan kerabat terutama anak-anak, karena mereka saling berebut untuk mengambil uang yang ditaburkan tersebut.
Sesi terakhir pada upacara Ngebuyu adalah pembagian kumbang teluy yang telah dipersiapkan lalu ditutup dengan memandikan bayi ke sungai. Namun seiring perkembangan zaman, diganti dengan memandikan anak di bak yang telah disiapkan di depan halaman rumah
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai tradisi Ngabuyu, tradisi menyambut kelahiran bayi dari Lampung. Semoga dapat menambah wawasanmu soal tradisi di Indonesia ya.
0 comments:
Post a Comment