Bandar Lampung - publiklampung.com -- Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) saat ini dibutuhkan oleh manusia dalam memecahkan masalah sehari-hari yang sering ditemui. Sebagaimana dikatakan oleh filsuf Swedia dari Universitas Oxford, Nick Bostrom bahwa "kecerdasan mesin adalah penemuan terakhir yang perlu dibuat oleh umat manusia".
Hingga saat ini, negara yang paling mendominasi dalam penggunaan AI adalah China. Perusahaan-perusahaan di negara tersebut diwajibkan untuk menggunakan AI sebagai teknologi dari negara tersebut. Menurut Dwi Kardono, Deputi III Keamanan Siber Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), China menjadi satu dari sepuluh negara besar yang memiliki rancangan pengembangan AI ke depannya. Di Indonesia sendiri, penggunaan AI mulai dilakukan pada pertengahan pandemi yakni dalam membuat pengamanan pada dokumen-dokumen oleh BSSN. Hal tersebut yang menjadi awal bagi Indonesia dalam menempatkan dirinya dalam lanskap AI secara global.
Selain itu, Dwi menyebut bahwa AI dapat menjadi komponen penting dalam perwujudkan agenda Sustainable Development Goal's (SDG's) 2030 Indonesia. Agenda SDGs 2030 sendiri merupakan kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.
AI DorongTerwujudnya SDG's
Menurut Dwi, Indonesia tidak akan kalah maju dari negara-negara di Asia jika memanfaatkan AI dalam menunjang revolusi pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang terkandung dalam SDGs 2023.
"Dengan memanfaatkan kekuatan AI, kita dapat menciptakan solusi yang lebih efisien dan efektif untuk tantangan saudara tetangga," terangnya dalam acara Policy Dialogue on Digital for Development in the ASEAN and Global South di Gedung ASEAN Foundation, Jalan Sisingamangaraja, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Ia mengatakan bahwa fungsi AI dapat membantu Indonesia merealisasikan 17 tujuan yang terdapat dalam SDGs 2023, bahkan dalam waktu kurang dari lima tahun. Adapun 17 tujuan tersebut antara lain tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, industri, inovasi, dan infrastruktur, berkurangnya kesenjangan, kota dan permukiman yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem lautan, ekosistem daratan, perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh dan kemitraan untuk mencapai tujuan.
Penerapan AI di Sektor Pendidikan
Dwi menuturkan bahwa pembekalan yang baik tentang AI ini dapat dimulai di bidang pendidikan. Dalam hal ini, siswa harus dibekali secara generatif tentang cara yang baik untuk menjadi produktif lewat AI.
"Pendidikan yang dipersonalisasi, merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan," tuturnya.
Dibandingkan berfokus pada isu bahwa pengurangan tenaga manusia akan terjadi akibat AI ini, Dwi mengajak masyarakat untuk berfokus pada produktivitas yang bisa ditingkatkan dengan adanya AI ini.
"Selain meningkatkan produktivitas, secara keseluruhan merupakan potensi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan," tuturnya.
Lebih lanjutnya, Dwi menyebut bahwa AI dapat mengidentifikasi pola kemiskinan serta data terkaitnya. Selain itu, AI memungkinkan terciptanya intervensi yang dilakukan dalam pengurangan kemiskinan.
0 comments:
Post a Comment