Bandarlampung - publiklampung.com -- Perkembangan industri di era modern seperti saat ini menjadi sebuah keresahan terhadap kelestarian alam. Melihat efek tersebut membuat sebagian orang mulai beralih pada produk-produk yang lebih alami dan ramah lingkungan. terutama dalam hal pembuatan busana.
Terdapat beragam teknik dan cara untuk membuat motif pada kain. Diantaranya, membatik, menyulam, menenun, dan juga membordir. Namun, kini mulai muncul teknik baru dalam membuat motif pada kain, yakni teknik ecoprint. Mulai menjadi tren belakangan ini, teknik tersebut terbilang unik, ramah lingkungan, dan juga mudah.
Sesuai namanya, ecoprint berasal dari kata eco yang berarti ekosistem (alam) dan print yang artinya mencetak, ecoprint ini dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai kain, pewarna, maupun pembuat pola motif.
Bahan yang digunakan berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting. Tidak seperti batik tulis atau cap yang pada tahap tertentu menggunakan bahan kimia, ecoprint menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Karena itulah batik ini sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air, tanah atau udara.
Tren gaya hidup ramah lingkungan inilah yang mendasari Yasmin Wiwid untuk menekuni dan mengembangkan bisnis busananya menggunakan teknik ecoprint. Wiwid mengolah bahan alami tersebut menjadi beberapa jenis busana, diantaranya, Tunik, Dress, Jilbab, dan lain-lain.
"Sebagian besar pakaian yang beredar dipasaran berbahan dasar plastik. Dimana mencuci pakaian dapat melepaskan serat mikro (microfibers). Artinya serat mikro plastik tersebut mengalir di air hingga berakhir ke sungai dan lautan. Tentunya hal ini membahayakan ekosistem yang berada didalamnya. Contohnya serat mikro termakan oleh ikan lalu ikan dimakan manusia, secara tidak langsung sebenarnya manusia mengkonsumsi plastik," Ujarnya, Sabtu (6/2)
Sebagai permulaan, Wiwid menjelaskan bahwa pemilihan jenis kain menjadi hal utama yang harus dilakukan dalam membuat kain teknik ecoprint.
"Kain yang digunakan biasanya yaitu kain yg komponennya 100% cotton/kapas. Atau kain yang mayoritas komponennya cotton, misalnya 90% cotton 10% polyester. Karena mengingat sifat kain katun yang paling baik menyerap zat-zat warna alami jadi penggunaan kain katun ini akan menghasilkan produk yang maksimal. Selain itu bisa juga menggunakan kain sutra, kulit sapi, kulit domba, atau kulit kambing," ungkapnya.
Proses pembuatan busana ecoprint, diawali dengan pengolahan kain atau mordanting. Sebelum pencetakan, kain direndam terlebih dahulu dengan menggunakan air campuran tawas selama satu jam. Cara ini dilakukan untuk mempertahankan warna dasar kain, dan membuka pori-pori kain agar gambar dapat tercetak. Lanjutkan dengan pengeringan di bawah sinar matahari.
Selanjutnya proses pencetakan dengan cara merentangkan kain setengah basah kemudian daun yang telah dipilih, ditata sedemikian rupa kemudian dipukul pukul dengan palu atau batu. Kekuatan dalam memukul harus dikendalikan agar daun tidak hancur dan warna meresap dengan baik pada kain.
Kemudian, kain tersebut dilipat menjadi bagian yang lebih kecil dengan tetap mempertahankan posisi daun agar tidak bergeser. Kain yang sudah terlipat, diikat kencang dengan tali kenur.
Tahapan selanjutnya adalah pengukusan selama 1 jam dalam suhu 100°C. Pengukusan ini bertujuan agar warna dasar daun keluar. Setelah proses pengukusan selesai, kain dibiarkan selama 3 hari dan kain dibersihkan dari sisa daun yang menempel.
Tahap terakhir yakni fiksasi. Proses fiksasi dilakukan dengan merendam kain yang sudah dicetak dengan air campuran tawas. Proses ini berguna untuk mengikat motif dan warna yang sudah tercetak di atas kain. Setelah satu jam perendaman, kain ecoprint dapat dijemur dibawah terik matahari.
Uniknya, Wiwid menyampaikan, dalam proses produksi pencetakan ecoprint ini tidak bisa dilakukan keseragaman motif sekalipun bahan dan proses pembuatan sama.
"Karena produk handmade, maka hasilnya pasti gak akan sama persis antara satu dengan lainnya. Sama seperti halnya batik tulis, kain ecoprint juga begitu," katanya
Wiwid juga menambahkan jika teknik ecoprint bukanlah merupakan sebuah produk batik, melainkan sebuah produk alternatif batik.
0 comments:
Post a Comment