Bandarlampung - publiklampung.com -- Didit Widiyanto (30), merupakan seorang penggiat Mangrove, dan pemerhati lingkungan asal Desa Karya Makmur, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur.
Sejak tahun 2018 silam, ia telah menjadi penggerak atau pencetus dari program penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai mutiara baru.
Kemudian, pada tahun 2020, ia bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Mutiara Bahari di bantu oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Way Seputih Way Sekampung (BPDASHL WSS) untuk mengembangkan dan merawat sebuah amanah berupa Program Pemulihan Ekonomi Nasional (Program PEN) untuk melakukan penanaman mangrove di pesisir pantai mutiara baru dengan menggagas KTH Mutiara Bahari yang mencakup 3 desa di wilayah register 15 dan diikuti oleh 43 anggota.
Dalam wilayah seluas 7 hektar, jenis tanaman yang di tanam dalam program ini diantaranya, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, serta Ceriops dengan sistem rumpun berjarak 5 meter dan berjumlah 35.000 batang dalam 70 variasi bedeng. Satu bedeng besar berisikan sekitar 500 batang, dan satu bedeng kecil berisikan 100 batang.
Didit mengatakan, alasan ia membentuk bedeng yang bervariasi adalah agar lokasi tersebut dapat di kelola oleh masyarakat Desa Karya Makmur untuk dijadikan lokasi ekowisata Pantai Mutiara Baru yang telah tercetus sejak 4 tahun silam.
Dalam pelestariannya, Didit mengatakan jika terdapat beberapa produk turunan yang dihasilkan dari mangrove.
"Ada beberapa produk hasil turunan mangrove, dan ini hasil kerjasama dari KTH Mutiara Bahari dan tim KKN Undip Semarang. Ini yang masih proses untuk kita kembangkan. Sekitar ada 16 produk, salah satunya Teh Jeruju dan Handsanitizer dari sari daun api-api," ungkapnya, Jum'at (5/2)
Didit mengaku jika ia sempat mendapat beberapa kesulitan dalam hal memahami karakter masyarakat saat melakukan pelestarian mangrove ini.
"Kesulitan yang dihadapi mungkin saat memahami karakter SDM masyarakat yang ada di sekitar kita, dan itu tantangan kita dalam upaya untuk menghidupkan menata kembali gerakan berbagi ruang dengan lingkungan sekitar. Untuk itu kita terus belajar dan berproses. 'Mengerti sebelum mencintai'. Itulah prinsip utama yang kita pegang untuk bergerak dalam ruang lingkungan hidup dan kehidupan," pungkasnya.
Ia juga berharap, agar masyarakat khususnya generasi selanjutnya dapat memahami pentingnya mengenal, menjaga, serta merawat ekosistem sekitar dimana pun kita berada. Karena pada saat ini kita sedang dihadapkan pada beberapa persoalan lingkungan yang harus segera diatasi, seperti Sampah, Banjir, Pencemaran sungai, Rusaknya ekosistem laut, Pemanasan global, Pencemaran udara, Sulitnya air bersih, Kerusakan hutan, Abrasi, Pencemaran tanah. Saat ini kita menghadapi dampak konkrit dari krisis lingkungan terhadap sumber daya alam.
227x Dibaca
0 comments:
Post a Comment